Sunday 3 February 2019

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan HNP


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
HNP Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah penyakit yang disebabkan oleh trauma atau perubahan degeneratif yang menyerang massa nukleus pada daerah vertebra L4-L5, L5-S1, atau C5-C6 yang menimbulkan nyeri punggung bawah yang berat, kronik dan berulang atau kambuh ( Doenges, 1999).
HNP sering terjadi pada daerah L4-L5 dan L5-S1 kemudian pada C5-C6 dan paling jarang terjadi pada daerah torakal, sangat jarang terjadi pada anak-anak dan remaja tapi kejadiannya meningkat dengan umur setelah 20 tahun. Insiden terbanyak adalah pada kasus Hernia Lumbo Sakral lebih dari 90 %, dan diikuti oleh kasus Hernia Servikal 5-10 % . Pasien HNP lumbal seringkali mengeluh rasa nyeri menjadi bertambah pada saat melakukan aktifitas seperti duduk lama, membungkuk, mengangkat benda yang berat, juga pada saat batuk, bersin dan mengejan. Rose dan Engstorm menyebutkan bahwa nyeri yang bertambah pada saat batuk, bersin dan mengejan di sebabkan oleh peningkatan tekanan intratekal yang transien sepanjang durameter. Wiener mendapatkan sekitar 48-84 % pasien HNP lumbal mengalami rasa nyeri yang bertambah saat batuk, bersin dan mengejan.
Menjelang usia meningkat setelah 20 tahun, mulailah terjadi perubahan-perubahan pada anulus fibrosus dan nukleus pulposus. Pada beberapa tempat serat-serat fibroelastik terputus dan sebagian rusak diganti oleh jaringan kolagen. Proses ini berlangsung terus-menerus sehingga dalam anulus fibrosus terbentuk rongga-rongga. Nukleus pulposus akan melakukan infiltrasi ke dalam rongga-rongga tersebut dan juga mengalami perubahan berupa penyusutan kadar air. Jadi terciptalah suatu keadaan dimana disatu pihak volume materi nukleus pulposus berkurang dan dipihak lain volume rongga antar vertebrae bertambah sehingga terjadilah penurunan tekanan intradiskal yang mengakibatkan nukleus pulposus menonjol.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka pembuatan makalah ini ditujukan untuk mengetahui perjalanan dan proses penyakitnya serta asuhan keperawatan HNP.
1.2  Rumusan Masalah
1.  Bagaimana Anatomi Fisiologi dari HNP?
2.   Apa pengertian dari HNP?
3.   Bagaimana etiologi dari HNP?
4.   Bagaimana patofisiologi dari HNP?
5.  Bagaimana pathway dari HNP?
6.  Apa saja manifestasi klinis dari HNP?
7.  Apa saja komplikasi dari HNP?
8.  Bagaimana penatalaksanaan dari HNP?
9.  Apa saja pemeriksaan penunjang dari HNP?
10.  Bagaimana Asuhan Keperawatan dari HNP?

1.3  Tujuan
1.         Untuk mengetahui Bagaimana Anatomi Fisiologi dari HNP?
2.         Untuk menegtahui Pengertian dari HNP?
3.         Untuk mengetahui Etiologi dari HNP?
4.         Untuk mengetahui Patofisiologi dari HNP?
5.         Untuk mengetahui Pathway dari HNP?
6.         Untuk mengetahui Manifestasi klinis dari HNP?
7.         Untuk mengetahui komplikasi dari HNP?
8.         Untuk mengetahui Penatalaksanaan dari HNP?
9.         Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari HNP?
10.     Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan dari HNP?






BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi Fisiologi HNP
Tulang (belakang) pada batang punggung sepanjang punggung, menghubungkan tengkorak dengan panggul. Tulang ini melindungi syaraf yang menonjol pada otak dan menjalar kebawah punggung dan ke seluruh tubuh. tulang belakang tersebut dipisahkan oleh piringan yang berisi bahan yang lembut, seperti agar-agar, yang menyediakan batalan ke batang tulang belakang. Piringan ini bisa hernia (bergerak keluar dari tempatnya) atau pecah karena luka berat atau tegangan. Batang tulang belakang dibagi kedalam beberapa bagian-cervical tulang belakang (leher), thoracic spine (bagian punggung dibelakang dada), lumbar tulang belakang (punggung bagian bawah), dan sacral tulang belakang (bagian yang dihubungkan dengan panggul yang tidak bisa bergerak). Diskus Intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk sebuah bantalan diantara tubuh vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini digabungkan dalam satu kapsul. Bantalan seperti bola dibagian tengah diskus disebut nukleus pulposus.
2.2    Pengertian HNP
HNP Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah penyakit yang disebabkan oleh trauma atau perubahan degeneratif yang menyerang massa nukleus pada daerah vertebra L4-L5, L5-S1, atau C5-C6 yang menimbulkan nyeri punggung bawah yang berat, kronik dan berulang atau kambuh ( Doenges, 1999).
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah menonjolnya nukleus dari diskus ke dalam anulus (cincin fibrosa sekitar diskus) dengan akibat kompresi saraf ( Smeltzer, 2001).
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah herniasi atau penonjolan keluar dari nukleus pulposus yang terjadi karena adanya degenerasi atau trauma pada anulus fibrosus ( Rasjad, 2003).
Herniasi adalah suatu proses bertahap yang ditandai dengan serangan-serangan penekanan akar syaraf yang menimbulkan berbagai gejala dan periode penyesuaian anatomik ( Price, 2005).
Nukleus Pulposus adalah bantalan seperti bola dibagian tengah diskus (lempengan kartilago yang membentuk sebuah bantalan diantara tubuh vertebra). (Smeltzer, 2001).
Diskus Intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk sebuah bantalan diantara tubuh vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini digabungkan dalam satu kapsul. Bantalan seperti bola dibagian tengah diskus disebut nukleus pulposus. HNP merupakan rupturnya nukleus pulposus. (Brunner & Suddarth, 2002)
Hernia Nukleus Pulposus bisa ke korpus vertebra diatas atau bawahnya, bisa juga langsung ke kanalis vertebralis. (Priguna Sidharta, 1990).
Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah penyakit yang disebabkan oleh proses degeneratif atau trauma yang ditandai dengan menonjolnya nukleus pulposus dari diskus ke dalam anulus yang menimbulkan kompresi saraf sehingga terjadi nyeri punggung bawah yang berat, kronik dan berulang (kambuh).
2.3    Etiologi HNP
1.      Trauma, hiperfleksia, injuri pada vertebra
2.      Spinal stenosis
3.      Ketidakstabilan vertebra karena salah posisi, mengangkat, dll
4.      Pembentukan osteophyte
5.      Degenerasi dan degidrasi dari kandungan tulang rawan annulus dan nucleus mengakibatkan berkurangnya elastisitas sehingga mengakibatkan herniasi dari nucleus hingga annulus.

2.4    Patofisiologi HNP
Daerah lumbal adalah daerah yang paling sering mengalami hernisasi pulposus, kandungan air diskus berkurang bersamaan dengan bertambahnya usia. Selain itu serabut menjadi kotor dan mengalami hialisasi yang membantu perubahan yang mengakibatkan herniasi nukleus purpolus melalui anulus dengan menekan akar – akar syaraf spinal.
Sebagian besar dari HNP terjadi pada lumbal antara L4 sampai L5, atau L5 sampai S1. Arah herniasi yang paling sering adalah posterolateral. Karena radiks saraf pada daerah lumbal miring kebawah sewaktu berjalan keluar melalui foramena neuralis, maka herniasi discus antara L5 dan S1.
Perubahan degeneratif pada nukleus pulpolus disebabkan oleh pengurangan kadar protein yang berdampak pada peningkatan kadar cairan sehingga tekanan intra distal meningkat, menyebabkan ruptur pada anulus dengan stres yang relatif kecil.
Sedang M. Istiadi (1986) mengatakan adanya trauma baik secara langsung atau tidak langsung pada diskus inter vertebralis akan menyebabkan komprensi hebat dan transaksi nukleus pulposus (HNP). Nukleus yang tertekan hebat akan mencari jalan keluar, dan melalui robekan anulus tebrosus mendorong ligamentum longitudinal terjadilah herniasi.

2.5 Pathway

HNP
Nyeri
Kelumpuhan ekstremitas bawah
ADL terbatas
Hambatan Mobilitas Fisik
 





2.6 Manifestasi Klinis
1.         Mati rasa, gatal dan penurunan pergerakan satu atau dua ekstremitas
2.         Nyeri tulang belakang
3.         Kelemahan satu atau lebih  ekstremitas
4.         Kehilangan control dari anus dan atau kandung kemih sebagian atau lengkap
Gejala Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah adanya nyeri di daerah diskus yang mengalami herniasasi diikuti dengan gejala pada daerah yang diinorvasi oleh radika spinalis yang terkena oleh diskus yang mengalami herniasasi yang berupa pengobatan nyeri kedaerah tersebut, mati rasa, kelayuan, maupun tindakan-tindakan yang bersifat protektif. Hal lain yang perlu diketahui adalah nyeri pada hernia nukleus pulposus ini diperberat dengan meningkatkan tekanan cairan intraspinal (membungkuk, mengangkat, mengejan, batuk, bersin, juga ketegangan atau spasme otot), akan berkurang jika tirah baring.

2.7 Komplikasi HNP
1.      Infeksi luka karena tindakan pembedahan HNP
2.      Kerusakan penanaman tulang setelah fusi spinal
2.8     Penatalaksanaan HNP
1.         Konservatif  bila tidak dijumpai defisit neurologik :
a.         Tidur selama 1 – 2 hr diatas kasur yang keras
b.        Exercise digunakan untuk mengurangi tekanan atau kompresi saraf
c.         Terapi obat-obatan : muscle relaxant, nonsteroid, anti inflamasi drug dan analgetik.
d.        Terapi panas dingin.
e.         Imobilisasi atau brancing, dengan menggunakan lumbosacral brace atau korset
f.         Traksi lumbal, mungkin menolong, tetapi biasanya resides
g.        Transcutaneus Elektrical Nerve Stimulation (TENS)
2.         Pembedahan
   Laminectomy hanya dilakukan pada penderita yang mengalami nyeri menetap dan tidak dapat diatasi, terjadi gejala pada kedua sisi tubuh dan adanya gangguan neurology utama seperti inkontinensia usus dan kandung kemih serta foot droop.

2.9     Pemeriksaan Penunjang HNP
1.  Laboraturium :
·         Daerah  rutin
·         Cairan cerebrospimal
2.  Foto polos lumbosakral dapat memperlihatkan penyempitan pada keping sendi
3. CT scan lumbosakral
4. MRI : dapat memperlihatkan perubahan tulang dan jaringan lunak  divertebra serta herniasi.
5. Myelogram : dapat menunjukkan lokasi lesi untuk menegaskan pemeriksaan fisik sebelum pembedahan.
6. Elektromyografi :  dapat menunjukkan lokasi lesi meliputi bagian akar saraf spinal.
7. Epidural venogram : menunjukkan lokasi herniasi
8. Lumbal functur :  untuk mengetahui kondisi infeksi dan kondisi cairan serebro spinal

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HNP
Contoh Kasus:
          Ny R 67 tahun datang dengan keluhan nyeri pinggang bawah menjalar ke tungkai kiri, nyeri dirasakan sudah satu minggu ini,nyeri timbul secara tiba-tiba terasa seperti berdenyut dan di tusuk-tusuk, nyeri di rasakan terus menerus dan pasien sampai tidak bisa tidur. Nyeri bertambah jika pasien bangkit dari duduk, saat batuk dan   mengejan. Pasien merasa nyerinya berkurang ketika pasien tiduran, tanggal 05 Mei 2015 jam kurang lebih jam 19.00 malam mengeluh perutnya terasa panas dan di rasakan nyeri, karena keluhannya semakin memberat keluarga menyarankan untuk di bawa ke RSUD Jombang. Pasien sempat mersakan kepalanya terasa pusing, mual , muntah
3.1 Pengkajian
a.      Identitas pasien :
Nama                 : Ny. R
Umur                 : 67Tahun                 
Jenis kelamin   : Perempuan
Agama            : Islam
Pekerjaan        : Ibu rumah tangga
Bangsa              : Indonesia
Suku                  : Jawa
Alamat              : Maduran , Lamongan
Tanggal masuk  : 05 Mei 2015
Tanggal Pengkajian : 06 Mei 2015

b.      Riwayat Keperawatan
1.      Keluhan Utama :
     Nyeri pinggang bawah menjalar ke tungkai kiri
P   : Nyeri saat bangkit dari duduk, saat batuk dan mengejan
Q  : Nyeri terasa seperti berdenyut dan di tusuk-tusuk
R  : Nyeri pinggang bawah menjalar ke tungkai kiri
S   : 7
T   : Nyeri timbul secara tiba-tiba
2.      Riwayat Penyakit Sekarang :
     Ny R 67 tahun datang dengan keluhan nyeri pinggang bawah menjalar ke tungkai kiri, nyeri dirasakan sudah satu minggu ini,nyeri timbul secara tiba-tiba terasa seperti berdenyut dan di tusuk-tusuk, nyeri di rasakan terus menerus dan pasien sampai tidak bisa tidur. Nyeri bertambah jika pasien bangkit dari duduk, saat batuk dan   mengejan. Pasien merasa nyerinya berkurang ketika pasien tiduran, tanggal 05 Mei 2015 jam kurang lebih jam 19.00 malam mengeluh perutnya terasa panas dan di rasakan nyeri, karena keluhannya semakin memberat keluarga menyarankan untuk di bawa ke RSUD Jombang. Pasien sempat mersakan kepalanya terasa pusing, mual , muntah.
3.      Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien pernah menegeluhakan hal yang sama  tahun 2010 tapi Cuma sebentar, sempat di bawa ke dokter akhirnya sembuh.
4.      Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti ini



5.      Riwayat Pekerjaan, Sosial Ekonomi dan Kebiasaan :
Paien sering angkat beban yang berat, sering nyuci dalam keadaan membungkuk.
c.       Pemeriksaan Fisik
1.      Keadaan umum   :
a.    Penampilan      : Pasien tampak lemah
b.    Kesadaran       : komposmentis
2.      TTV
a.       Tekanan darah             : 130/80 mmHg
b.      Nadi                            : 85x /menit
c.       Nafas                           : 20x /menit
d.      Suhu                            : 36,4oC
3.      Pemeriksaan Fisik Persistem
1)  Sistem Pernapasan
     Hidung
Inspeksi      : Tidak ada pernafasan cuping hidung
Palpasi        : tidak ada nyeri tekan
Mulut
     Inspeksi  : mukosa bibir kering , tidak ada sianosis.
Sinus paranasalis
Inspeksi      : tidak ada tanda-tanda adanya infeksi
Palpasi        : tidak ada nyeri tekan
Leher
Inspeksi      : simetris kanan kiri, JVP tidak meningkat
Palpasi        : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar
Limfe
Faring
Inspeksi      : tidak ada odem
Area dada
Inspeksi      : pola nafas efektif
Palpasi        : tidak ada nyeri tekan
Auskultasi  : vesikuler.

2)  Kardiovaskuler dan limfe
Wajah                                
Inspeksi      : pucat, konjungtiva merah muda
Leher 
Inspeksi      : tidak ada bendungan vena jugularis
Palpasi        : irama denyutan arteri carotis communis normal
Dada
Inspeksi      : dada terlihat simetris
Palpasi        : letak ictus kordis ( ICS 5, 1 cm medial dari garis midklavikula sinistra)
Perkusi       : tidak ada tanda - tanda bunyi redup.
Auskultasi  : bunyi jantung S1-S2 Tunggal
3)      Sistem Persyarafan
1.      GCS 15 : E4 V5 M6
2.      Tanda rangsangan meningeal :
- Kaku kuduk (-)
- Brudzinsky I (-)
- Brudzinsky II (-)
- Kernig (-)
3.      Pemeriksaan nervus
· Nervus I olfaktorius (pembau)
Klien bisa membedakan aroma saat diberi kopi.
· Nervus II opticus (penglihatan)
Bisa melihat benda yang jaraknya 35 cm dengan jelas.
· Nervus III oculomotorius
Tidak oedem pada kelopak mata
· Nervus IV toklearis
Ukuran pupil normal, tidak ada perdarahan pupil


· Nervus V trigeminus (sensasi kulit wajah)
Klien bisa membuka mulut, menggerakkan rahang ke kiri dan ke kanan
· Nervus VI abdusen
Bola mata simetris
· Nervus VII facialis
Klien dapat membedakan rasa asin dan manis, bentuk wajah simetris
· Nervus VIII auditorius/akustikus
Fungsi pendengaran baik  
· Nervus IX glosoparingeal
Reflek menelan klien baik dan dapat membedakan rasa pahit
· Nervus X vagus
  Uvula klien oedem terlihat ketika klien membuka mulut
· Nervus XI aksesorius
Klien tidak merasa kesulitan untuk mengangkat bahu dengan melawan tahanan
· Nervus XII hypoglosal/hipoglosum
Bentuk lidah simetris, klien mampu menjulurkan lidah dan menggerakkannya ke segala arah
4.      Reflek fisiologis :
Reflek biceps ++/++, Reflek triceps ++/++, Reflek KPR ++/++,Reflek APR ++/++
4)  Perkemihan dan eliminasi uri
Laki-laki
Genetalia eksterna
Inspeksi      : tidak ada oedem, tidak ada tanda - tanda infeksi.
Palpasi        : tidak ada nyeri tekan maupun benjolan
Kandung kemih
Inspeksi      : tidak ada benjolan, dan pembesaran
Palpasi        : kandung kemih penuh
Ginjal :
Inspeksi      : tidak ada pembesaran daerah pinggang
Palpasi        : tidak ada nyeri tekan.
Perkusi       : tidak ada nyeri ketok.
5) Sistem pencernaan – eliminasi alvi
Mulut
Inspeksi      : mukosa bibir pucat, gigi tidak ada plak dan karies. Tidak ada pembesaran kelenjar karotis. Tidak ada lesi.
Palpasi        : tidak ada nyeri tekan pada rongga mulut,
Lidah
Inspeksi      : bentuk simetris, tidak ada tremor dan lesi.
Palpasi        : tidak ada nyeri tekan dan odem.
Abdomen
Inspeksi      : ada pembesaran abdomen, tidak ada luka bekas operasi.
Palpasi        : abdomen teraba keras pada kuadran III
     Perkusi       : tidak ada acietes.
     Auskultasi : bising usus normal.
6)  Sistem muskuloskeletel dan integumen.
     Anamnesa
Kulit      : kering, tidak mengelupas dan bersisik,
                    

5
5
5
5
                                                                                                           
Kekuatan otot   
                                                                                                           


7)    Sistem endokrin dan eksokrin
Kepala
Inspeksi      : Tidak terlihat moon face, tidak alophesia (botak), rambut rontok

Leher
Inspeksi      : tidak ada pembesaran kalenjar tiroid
Palpasi        : tidak ada pembesaran kalenjar tiroid, dan tidak ada nyeri tekan.
Ekstremitas bawah
Palpasi        : Akral hangat  kering merah, tidak ada edema, tidak ada nyeri tekan,  atrofi  tungkai kiri
8)      Sistem reproduksi
Perempuan
Payudara
Inspeksi      : payudara simetris
Palpasi        : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
Axila
Inspeksi      : Tidak ada benjolan, tidak ada massa
Palpasi        : Tidak ada benjolan, tidak ada massa
Genetalia
Inspeksi      : tidak ada edema, tidak ada varises
Palpasi        : tidak ada nyeri tekan
9)      Persepsi sensori
Mata
Inspeksi      : bentuk simetris, kornea normal, warana iris hitam, lensa normal jernih,  sklera putih
Palpasi        : tidak ada nyeri dan tidak ada pembengkakan kelopak mata
Penciuman-(hidung)
Palpasi        : tidak ada pembengkakan dan tidak ada nyeri saat palpasi fosa kanina
  Perkusi       : tidak ada reaksi hebat pada regio frontalis, sinus frontalis dan fosa kanina




d.      Pemeriksaan Penunjang LAB :
Diffcount        : 4/0/73/16/7     (1-2/0-1/49-67/25-33/3-7)
Hematokrit      : 46,6 %           (L 40-54%, P 35-47%)
Hemoglobin     : 14,9 mg/dl     (P=12,0-16,0 mg/dl, L=13,0-18,0 mg/dl)
Leukosit                      : 19.300           (4000-10.000)
Trombosit        : 367.000         (150.000- 450.000)
LED                : 103/117 jam  (L 0-5/jam, P 0-7/jam)
SGOT                : 15(L<37 U/L P<31 U/L)
SGPT                 : 10(L<41 U/L P<31 U/L)
Urea                   : 32                 (10-50 mg/dl)
Serum kreatinin : 0,6                ( P 0,7-1,2 –L 0,8-1,5 mg/dl)
Uric acid           : 3,1
Kolesterol         : 173
Trigliserida          : 69
Gula darah acak   : 102
e. Terapi
Umum      : 
·         Tirah baring.
·         Fisioterapi.
Khusus  :
·         Infus RL 16 tetes/menit
·         Analgetik


3.2 Analisa Data
NS. DIAGNOSIS :
(NANDA-I)
1.      Nyeri Akut
2.      Hambatan Mobilitas Fisik
DEFINITION:
1.      Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang akttual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (international Association for study of pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat di antisipasi atau diprediksi dan berlangsung <6 bulan.
2.      Keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih ekstermitas secara mandiri dan terarah
DEFINING CHARACTERISTICS
Dx 1
·         Laporan isyarat
·         Mengekspresikan perilaku (Mis., gelisah, merengek, menangis, waspada, iritabilitas, mendesah )
·         Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
·         Melaporkan nyeri secara verbal
·         Gangguan tidur
Dx 2
·         Kesulitan membolak balik posisi
·         Keterbatasan kemampuan melakukan ketrampilan motorik halus
·         Keterbatasan kemampuan melakukan ketrampilan motorik kasar
·         Keterbatasanrentang pergerakan sendi

RELATED FACTORS:
·         Agens cidera ( Mis., biologis, zat kimia, fisik, psikologis )
·         Intoleransi aktivitas
·         Perubahan metabolisme seluler
·         Ansietas
·         Indeks masa tubuh di atas persentilke -75 sesuai usia
·         Gangguan kognitif
·         Kontraktur
·         Kepercayaan budaya tentang aktivitas sesuai usia
·         Fisik tidak bugar
·         Penurunan ketahanan tubuh
·         Penurunan kendali otot
·         Penurunan massa otot
·         Malnutrisigangguan musculoskeletal
·         Gangguan neuromuscular
·         Nyeri
·         Agens obat
·         Penurunan kekuatan otot
·         Kurang pengetahuan tentang nilai aktivitas fisik
·         Keadaan mood depresif
·         Keterlambatan perkembangan
·         Ketidaknyamanan
·         Disuse
·         Kaku sendi
·         Kurang dukungan lingkungan ( Mis., fisik atau sosial )
·         Keterbatasan ketahanan kardiovaskular
·         Kerusakan integritas struktur tulang
·         Program pembatasan gerak
·         Keengganan memulai pergerakan
·         Gaya hidup monoton
·         Gangguan sensori perseptual
ASSESSMENT
Subjective data entry
Pasien mengeluh nyeri pinggang bawah menjalar ke tungkai kiri, nyeri dirasakan sudah satu minggu ini,nyeri timbul secara tiba-tiba terasa seperti berdenyut dan di tusuk-tusuk, nyeri di rasakan terus menerus dan pasien sampai tidak bisa tidur.

Objective data entry
a.       TD : 130/80 mmHg
b.      N  : 85x /menit
c.       RR : 20x /menit
d.      S    : 36,4oC
e.       Skala Nyeri : 7

DIAGNOSIS
Client
Diagnostic
Statement:
Ns. Diagnosis (Specify):
1.      Nyeri Akut
2.      Hambatan Mobilitas Fisik
Related to:
1.      Nyeri berhubungan dengan Agens cedera biologis
2.      Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri









3.3  Intervensi Keperawatan
Inisial Pasien                   : Ny. R
Nama Mhs                       : -
Tanggal                            :  -
Diagnosa Keperawatan   : 1. Nyeri Akut
2.   Hambatan Mobilitas Fisik
Definisi                            : 1. Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa; awitan yang tiba-tiba atau lambat intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat diprediksi dan berlangsung < 6 bulan.
2.    Keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih ekstermitas secara mandiri dan terarah
                                NIC  
                                      NOC
INTERVENSI
AKTIVITAS
OUTCOME
INDICATOR
Manajemen Nyeri

Def :
Mengurangi nyeri dan menurunkan tingkat nyeri yang dirasakan pasien.


·      Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, kekuatan nyeri dan faktor presipitasi.
·      Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan, terutama dalam ketidakmampuan komunikasi secara efektif.

·      Gunakan teknik komunikasi  terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien dan menyampaikan penerimaan dari respon pasien terhadap nyeri.
·      Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri.
·      Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau meliputi individu atau riwayat  keluarga mengenai nyeri kronis atau menghasilkan ketidaknyamanan, seperti kesesuaian.
·      Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau.
·      Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan.
·      Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi Nyeri seperti ( suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan).
·      Kurangi faktor presipitasi atau peningkatan pengalaman nyeri seperti ( ketakutan, kelelahan, sifat membosankan, dan ketiadaan pengetahuan ).
·      Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan interpersonal) untuk memudahkan menghilangkan nyeri seperti kesesuaian.
·      Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
·      Ajarkan tentang teknik non farmakologi
·      Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
·      Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
·      Tingkatkan istirahat
Level Nyeri

Def :
Kekuatan dari nyeri yang diamati atau dilaporkan.

·    Laporan nyeri : 5
·    Lamanya nyeri: 5
·    Kurang Istirahat : 5
·    Mengekspresikan wajah dari nyeri : 5
·    Nausea : 5


Terapi Latihan : Mobilitas
Definisi :
Pergerakan tubuh baik aktif maupun pasif untuk memelihara atau mengembalikan fleksibilitas
·      Tentukan pembatasan pergerakan dan efeknya
·      Kolaborasi dengan fisioterapi dalam mengembangkan dan melaksanakan program latihan
·      Jelaskan kepada pasien / keluarga tujuan dan rencana untuk berlatih
·      Monitor ketidaknyamanan atau rasa sakit selama aktivitas
·      Kaji rasa sakit sebelum memulai latihan
·      Lindungi pasien dari trauma selama latihan
·      Posisikan pasien seoptimal dalam melakukan pergerakan pasif / aktif
·      Motivasi AROM secara teratur dan sesuai jadwal
·      Lakukan PROM atau bantu latihan AROM
·      Instruksikan pasien/ keluarga bagaimana cara sistematis melaksanakan PROM atau AROM
·      Sediakan pedoman tertulis untuk latihan
·      Bantu pasien untuk mengembangkan jadwal AROM
·      Dorong pasien untuk mencoba menggerakkan badan sebelum mulai ROM
·      Pada saat pergerakan kaji adanya rasa sakit, kelelahan
·      Motivasi untuk tetap melakukan pergerakan walaupun ditempat tidur atau diatas kursi

Mobility
Definisi :
Ability to move purposefully in own environment independently with or without assistive divice.
·    Coordination ( 3 )
·    Muscle movement ( 3 )
·    Body positioning performance ( 4 )
·    Transfer performance ( 3 )
·    Walking ( 4 )
·    Move with ease ( 4 )

3.4. Implementasi
No. diagnose masalah kolaboratif
Tgl/jam
Tindakan
paraf
Nyeri Akut

06-05-2015/
07.00





08.00



09.00
·         Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
·         Melakukan observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
·         Menggunakan teknik komunikasi  terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
·         Mengkaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
·         Melakukan evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
·         Melakukan evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
·         Membantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
·         Melakukan kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi Nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
·         Mengurangi faktor presipitasi
·         Memilih dan melakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan interpersonal)
·         Mengkaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
·         Mengajarkan tentang teknik non farmakologi
·         Memberikan analgetik untuk mengurangi nyeri
·         Melakukan evaluasi keefektifan kontrol nyeri
·         Meningkatkan istirahat

Hambatan Mobilitas Fisik
07/05/2015
07.00












08.00

















09.00

·      Menentukan pembatasan pergerakan dan efeknya
·      Mengkolaborasikan dengan fisioterapi dalam mengembangkan dan melaksanakan program latihan
·      Menjelaskan kepada pasien / keluarga tujuan dan rencana untuk berlatih
·      Memonitor ketidaknyamanan atau rasa sakit selama aktivitas
·      Mengkaji rasa sakit sebelum memulai latihan
·      Melindungi pasien dari trauma selama latihan
·      Memposisikan pasien seoptimal dalam melakukan pergerakan pasif / aktif
·      Memotivasi AROM secara teratur dan sesuai jadwal
·      Melakukan PROM atau bantu latihan AROM
·      Menginstruksikan pasien/ keluarga bagaimana cara sistematis melaksanakan PROM atau AROM
·      Menyediakan pedoman tertulis untuk latihan
·      Membantu pasien untuk mengembangkan jadwal AROM
·      Mendorong pasien untuk mencoba menggerakkan badan sebelum mulai ROM
·      Mengkaji adanya rasa sakit, kelelahan pada saat pergerakan
·      Memotivasi untuk tetap melakukan pergerakan walaupun ditempat tidur atau diatas kursi





3.5. Evaluasi
Masalah kep/kolaboratif
Tgl/jam
Catatan perkembangan
Paraf
Nyeri Akut
06-05-2015/
15.00



S : Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang
  O :   Tanda- tanda Vital
TD :130/80 mmHg
N    : 85x /menit
RR  : 20x /menit
S     : 36,4oC
Skala : 5
A : Nyeri akut sudah teratasi sebagian
P : Rencana tindakan keperawatan  3, 8,15 dilanjutkan

Hambatan Mobilitas Fisik
07-05-2015
15.00
S : Pasien mengatakan masih merasa terganggu dalam melakukan aktivitas sehari - hari
  O :   Tanda- tanda Vital
TD :130/80 mmHg
N    : 85x /menit
RR  : 20x /menit
S     : 36,4oC
A : Hambatan mobilitas fisik belum teratasi
P : Rencana tindakan keperawatan  dilanjutkan



BAB IV
PENUTUP
4.1  Kesimpulan
Diskus Intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk sebuah bantalan diantara tubuh vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini digabungkan dalam satu kapsul. Bantalan seperti bola dibagian tengah diskus disebut nukleus pulposus. HNP merupakan rupturnya nukleus pulposus. (Brunner & Suddarth, 2002)
Hernia Nukleus Pulposus bisa ke korpus vertebra diatas atau bawahnya, bisa juga langsung ke kanalis vertebralis. (Priguna Sidharta, 1990)
Hernia dibagi menjadi tiga klasifiksi, yaitu hernia lumbosacralis, hernia servikalis, hernia thorakalis. Dimana pada hernia lumbosacralis penyebab terjadinya lumbal menonjol keluar, bisanya oleh kejadian luka posisi fleksi, tapi perbandingan yang sesungguhnya pada pasien non trauma adalah kejadian yang berulang. Gejala utama yang muncul adalah rasa nyeri di punggung bawah disertai otot-otot sekitar lesi dan nyeri tekan. Dimana nyeri tersebut terjadi tergantung dimana piringan tersebut mengalami herniasi dan dimana pusat syaraf tulang punggung terkena.

4.2  Saran
Diharapkan bagi pembaca setelah membaca makalah ini khususnya perawat dapat memahami dan mengerti serta dapat mengaplikasikan tindakan yang harus dilakukan apabila mendapati klien hernia nucleus pulposus di lahan.

Daftar Pustaka
Smeltzer, Suzane C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth edisi 8 Vol 3. Jakarta : EGC
Doengoes, ME. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 2. Jakarta : EGC
Tucker,Susan Martin. 1998. Standar Perawatan Pasien edisi 5. Jakarta : EGC
Long, Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran,.
Priguna Sidharta. 1996. Sakit Neuromuskuloskeletal dalam Praktek. Jakarta : Dian Rakyat
Chusid, IG.1993. Neuroanatomi Korelatif dan Neurologi Fungsional. Yogyakarta : Gajahmada University Press