BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
HNP Hernia
Nukleus Pulposus (HNP) adalah penyakit yang disebabkan oleh trauma atau
perubahan degeneratif yang menyerang massa nukleus pada daerah vertebra L4-L5,
L5-S1, atau C5-C6 yang menimbulkan nyeri punggung bawah yang berat, kronik dan
berulang atau kambuh ( Doenges, 1999).
HNP sering
terjadi pada daerah L4-L5 dan L5-S1 kemudian pada C5-C6 dan paling jarang
terjadi pada daerah torakal, sangat jarang terjadi pada anak-anak dan remaja
tapi kejadiannya meningkat dengan umur setelah 20 tahun. Insiden terbanyak
adalah pada kasus Hernia Lumbo Sakral lebih dari 90 %, dan diikuti oleh kasus
Hernia Servikal 5-10 % . Pasien HNP lumbal seringkali mengeluh rasa nyeri menjadi
bertambah pada saat melakukan aktifitas seperti duduk lama, membungkuk,
mengangkat benda yang berat, juga pada saat batuk, bersin dan mengejan. Rose
dan Engstorm menyebutkan bahwa nyeri yang bertambah pada saat batuk, bersin dan
mengejan di sebabkan oleh peningkatan tekanan intratekal yang transien
sepanjang durameter. Wiener mendapatkan sekitar 48-84 % pasien HNP lumbal
mengalami rasa nyeri yang bertambah saat batuk, bersin dan mengejan.
Menjelang
usia meningkat setelah 20 tahun, mulailah terjadi perubahan-perubahan pada
anulus fibrosus dan nukleus pulposus. Pada beberapa tempat serat-serat
fibroelastik terputus dan sebagian rusak diganti oleh jaringan kolagen. Proses
ini berlangsung terus-menerus sehingga dalam anulus fibrosus terbentuk
rongga-rongga. Nukleus pulposus akan melakukan infiltrasi ke dalam rongga-rongga
tersebut dan juga mengalami perubahan berupa penyusutan kadar air. Jadi
terciptalah suatu keadaan dimana disatu pihak volume materi nukleus pulposus berkurang
dan dipihak lain volume rongga antar vertebrae bertambah sehingga terjadilah
penurunan tekanan intradiskal yang mengakibatkan nukleus pulposus menonjol.
Berdasarkan latar belakang tersebut,
maka pembuatan makalah ini ditujukan untuk mengetahui perjalanan dan proses
penyakitnya serta asuhan keperawatan HNP.
1.2
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
Anatomi Fisiologi dari HNP?
2.
Apa
pengertian dari HNP?
3.
Bagaimana
etiologi dari HNP?
4. Bagaimana patofisiologi dari HNP?
5.
Bagaimana
pathway dari HNP?
6. Apa saja manifestasi klinis dari HNP?
7.
Apa saja
komplikasi dari HNP?
8. Bagaimana penatalaksanaan dari HNP?
9.
Apa saja
pemeriksaan penunjang dari HNP?
10.
Bagaimana
Asuhan Keperawatan dari HNP?
1.3
Tujuan
1.
Untuk mengetahui Bagaimana
Anatomi Fisiologi dari HNP?
2.
Untuk
menegtahui Pengertian dari HNP?
3.
Untuk
mengetahui Etiologi dari HNP?
4.
Untuk
mengetahui Patofisiologi dari HNP?
5.
Untuk
mengetahui Pathway dari HNP?
6.
Untuk
mengetahui Manifestasi klinis dari HNP?
7.
Untuk
mengetahui komplikasi dari HNP?
8.
Untuk
mengetahui Penatalaksanaan dari HNP?
9.
Untuk
mengetahui pemeriksaan penunjang dari HNP?
10.
Untuk
mengetahui Asuhan Keperawatan dari HNP?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi Fisiologi HNP
Tulang (belakang) pada batang punggung sepanjang
punggung, menghubungkan tengkorak dengan panggul. Tulang ini melindungi syaraf
yang menonjol pada otak dan menjalar kebawah punggung dan ke seluruh tubuh.
tulang belakang tersebut dipisahkan oleh piringan yang berisi bahan yang
lembut, seperti agar-agar, yang menyediakan batalan ke batang tulang belakang.
Piringan ini bisa hernia (bergerak keluar dari tempatnya) atau pecah karena
luka berat atau tegangan. Batang tulang belakang dibagi kedalam beberapa
bagian-cervical tulang belakang (leher), thoracic spine (bagian punggung dibelakang
dada), lumbar tulang belakang (punggung bagian bawah), dan sacral tulang
belakang (bagian yang dihubungkan dengan panggul yang tidak bisa bergerak).
Diskus Intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk sebuah
bantalan diantara tubuh vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini
digabungkan dalam satu kapsul. Bantalan seperti bola dibagian tengah diskus
disebut nukleus pulposus.
2.2
Pengertian
HNP
HNP Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah penyakit yang
disebabkan oleh trauma atau perubahan degeneratif yang menyerang massa nukleus
pada daerah vertebra L4-L5, L5-S1, atau C5-C6 yang menimbulkan nyeri punggung
bawah yang berat, kronik dan berulang atau kambuh ( Doenges, 1999).
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah menonjolnya
nukleus dari diskus ke dalam anulus (cincin fibrosa sekitar diskus) dengan
akibat kompresi saraf ( Smeltzer, 2001).
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah herniasi atau penonjolan keluar dari nukleus pulposus yang terjadi karena adanya degenerasi atau trauma pada anulus fibrosus ( Rasjad, 2003).
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah herniasi atau penonjolan keluar dari nukleus pulposus yang terjadi karena adanya degenerasi atau trauma pada anulus fibrosus ( Rasjad, 2003).
Herniasi adalah suatu proses bertahap yang ditandai
dengan serangan-serangan penekanan akar syaraf yang menimbulkan berbagai gejala
dan periode penyesuaian anatomik ( Price, 2005).
Nukleus Pulposus adalah bantalan seperti bola dibagian
tengah diskus (lempengan kartilago yang membentuk sebuah bantalan diantara
tubuh vertebra). (Smeltzer, 2001).
Diskus Intervertebralis adalah lempengan kartilago
yang membentuk sebuah bantalan diantara tubuh vertebra. Material yang keras dan
fibrosa ini digabungkan dalam satu kapsul. Bantalan seperti bola dibagian
tengah diskus disebut nukleus pulposus. HNP merupakan rupturnya nukleus
pulposus. (Brunner & Suddarth, 2002)
Hernia Nukleus Pulposus bisa ke korpus vertebra diatas
atau bawahnya, bisa juga langsung ke kanalis vertebralis. (Priguna Sidharta,
1990).
Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat
menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah
penyakit yang disebabkan oleh proses degeneratif atau trauma yang ditandai
dengan menonjolnya nukleus pulposus dari diskus ke dalam anulus yang
menimbulkan kompresi saraf sehingga terjadi nyeri punggung bawah yang berat,
kronik dan berulang (kambuh).
2.3
Etiologi HNP
1. Trauma,
hiperfleksia, injuri pada vertebra
2. Spinal
stenosis
3. Ketidakstabilan
vertebra karena salah posisi, mengangkat, dll
4. Pembentukan
osteophyte
5. Degenerasi
dan degidrasi dari kandungan tulang rawan annulus dan nucleus mengakibatkan
berkurangnya elastisitas sehingga mengakibatkan herniasi dari nucleus hingga
annulus.
2.4
Patofisiologi HNP
Daerah lumbal adalah daerah yang paling sering
mengalami hernisasi pulposus, kandungan air diskus berkurang bersamaan
dengan bertambahnya usia. Selain itu serabut menjadi kotor dan mengalami
hialisasi yang membantu perubahan yang mengakibatkan herniasi nukleus purpolus
melalui anulus dengan menekan akar – akar syaraf spinal.
Sebagian besar dari HNP terjadi pada lumbal antara L4
sampai L5, atau L5 sampai S1. Arah herniasi yang paling sering adalah
posterolateral. Karena radiks saraf pada daerah lumbal miring kebawah
sewaktu berjalan keluar melalui foramena neuralis, maka herniasi discus antara
L5 dan S1.
Perubahan degeneratif pada nukleus pulpolus disebabkan
oleh pengurangan kadar protein yang berdampak pada peningkatan kadar
cairan sehingga tekanan intra distal meningkat, menyebabkan ruptur pada
anulus dengan stres yang relatif kecil.
Sedang M. Istiadi (1986) mengatakan adanya trauma baik
secara langsung atau tidak langsung pada diskus inter vertebralis akan
menyebabkan komprensi hebat dan transaksi nukleus pulposus (HNP).
Nukleus yang tertekan hebat akan mencari jalan keluar, dan melalui robekan
anulus tebrosus mendorong ligamentum longitudinal terjadilah herniasi.
HNP
|
Nyeri
|
Kelumpuhan
ekstremitas bawah
|
ADL
terbatas
|
Hambatan
Mobilitas Fisik
|
2.6 Manifestasi Klinis
1. Mati rasa,
gatal dan penurunan pergerakan satu atau dua ekstremitas
2. Nyeri tulang
belakang
3. Kelemahan
satu atau lebih ekstremitas
4.
Kehilangan control dari anus dan atau kandung kemih sebagian atau lengkap
Gejala Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah adanya
nyeri di daerah diskus yang mengalami herniasasi diikuti dengan gejala pada
daerah yang diinorvasi oleh radika spinalis yang terkena oleh diskus yang
mengalami herniasasi yang berupa pengobatan nyeri kedaerah tersebut, mati rasa,
kelayuan, maupun tindakan-tindakan yang bersifat protektif. Hal lain yang perlu
diketahui adalah nyeri pada hernia nukleus pulposus ini diperberat dengan
meningkatkan tekanan cairan intraspinal (membungkuk, mengangkat, mengejan,
batuk, bersin, juga ketegangan atau spasme otot), akan berkurang jika tirah
baring.
2.7
Komplikasi HNP
1.
Infeksi luka karena tindakan pembedahan HNP
2.
Kerusakan penanaman tulang setelah fusi spinal
2.8
Penatalaksanaan HNP
1. Konservatif
bila tidak dijumpai defisit neurologik :
a. Tidur selama
1 – 2 hr diatas kasur yang keras
b. Exercise
digunakan untuk mengurangi tekanan atau kompresi saraf
c. Terapi
obat-obatan : muscle relaxant, nonsteroid, anti inflamasi drug dan analgetik.
d. Terapi panas
dingin.
e. Imobilisasi
atau brancing, dengan menggunakan lumbosacral brace atau korset
f. Traksi
lumbal, mungkin menolong, tetapi biasanya resides
g. Transcutaneus
Elektrical Nerve Stimulation (TENS)
2. Pembedahan
Laminectomy hanya dilakukan pada penderita yang
mengalami nyeri menetap dan tidak dapat diatasi, terjadi gejala pada kedua sisi
tubuh dan adanya gangguan neurology utama seperti inkontinensia usus dan
kandung kemih serta foot droop.
2.9
Pemeriksaan Penunjang HNP
1. Laboraturium :
·
Daerah rutin
·
Cairan cerebrospimal
2. Foto polos lumbosakral dapat memperlihatkan
penyempitan pada keping sendi
3. CT scan lumbosakral
4. MRI : dapat memperlihatkan perubahan tulang dan
jaringan lunak divertebra serta herniasi.
5. Myelogram : dapat menunjukkan lokasi lesi untuk
menegaskan pemeriksaan fisik sebelum pembedahan.
6. Elektromyografi : dapat menunjukkan lokasi
lesi meliputi bagian akar saraf spinal.
7. Epidural
venogram : menunjukkan lokasi herniasi
8. Lumbal
functur : untuk mengetahui kondisi infeksi dan kondisi cairan serebro
spinal
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN HNP
Contoh Kasus:
Ny
R 67 tahun datang dengan keluhan nyeri pinggang bawah menjalar ke tungkai kiri,
nyeri dirasakan sudah satu minggu ini,nyeri timbul secara tiba-tiba terasa
seperti berdenyut dan di tusuk-tusuk, nyeri di rasakan terus menerus dan pasien
sampai tidak bisa tidur. Nyeri
bertambah jika pasien bangkit dari duduk, saat batuk dan mengejan.
Pasien merasa nyerinya berkurang ketika pasien tiduran, tanggal 05
Mei 2015 jam kurang lebih jam 19.00 malam mengeluh perutnya
terasa panas dan di rasakan nyeri, karena keluhannya semakin memberat keluarga
menyarankan untuk di bawa ke RSUD Jombang. Pasien sempat mersakan kepalanya terasa pusing, mual ,
muntah
3.1 Pengkajian
a.
Identitas pasien :
Nama : Ny. R
Umur : 67Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Bangsa : Indonesia
Suku : Jawa
Alamat : Maduran , Lamongan
Tanggal masuk : 05 Mei 2015
Tanggal Pengkajian : 06
Mei 2015
b. Riwayat
Keperawatan
1. Keluhan
Utama :
Nyeri pinggang bawah menjalar ke tungkai kiri
P : Nyeri
saat bangkit dari duduk, saat batuk
dan mengejan
Q : Nyeri terasa seperti berdenyut dan di tusuk-tusuk
R : Nyeri pinggang bawah menjalar ke tungkai kiri
S : 7
T : Nyeri timbul secara tiba-tiba
2.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Ny R 67 tahun datang dengan keluhan nyeri pinggang bawah
menjalar ke tungkai kiri, nyeri dirasakan sudah satu minggu ini,nyeri timbul
secara tiba-tiba terasa seperti berdenyut dan di tusuk-tusuk, nyeri di rasakan
terus menerus dan pasien sampai tidak bisa tidur. Nyeri bertambah jika pasien bangkit dari duduk, saat
batuk dan mengejan. Pasien merasa nyerinya berkurang ketika pasien tiduran,
tanggal 05 Mei 2015 jam kurang lebih jam 19.00 malam mengeluh perutnya
terasa panas dan di rasakan nyeri, karena keluhannya semakin memberat keluarga
menyarankan untuk di bawa ke RSUD Jombang. Pasien sempat mersakan kepalanya terasa pusing, mual ,
muntah.
3. Riwayat
Penyakit Dahulu :
Pasien pernah menegeluhakan hal yang sama tahun 2010 tapi Cuma sebentar, sempat di bawa ke dokter akhirnya
sembuh.
4. Riwayat
Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti ini
5. Riwayat
Pekerjaan, Sosial Ekonomi dan Kebiasaan :
Paien sering angkat beban yang
berat, sering nyuci dalam keadaan membungkuk.
c.
Pemeriksaan
Fisik
1.
Keadaan
umum :
a.
Penampilan : Pasien tampak lemah
b.
Kesadaran : komposmentis
2.
TTV
a. Tekanan
darah : 130/80 mmHg
b. Nadi : 85x /menit
c. Nafas : 20x /menit
d. Suhu : 36,4oC
3. Pemeriksaan Fisik
Persistem
1)
Sistem Pernapasan
Hidung
Inspeksi : Tidak ada pernafasan cuping hidung
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Mulut
Inspeksi : mukosa bibir
kering , tidak ada sianosis.
Sinus
paranasalis
Inspeksi : tidak ada tanda-tanda adanya infeksi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Leher
Inspeksi : simetris kanan kiri, JVP tidak meningkat
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada
pembesaran kelenjar
Limfe
Faring
Inspeksi : tidak ada odem
Area dada
Inspeksi : pola nafas efektif
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : vesikuler.
2) Kardiovaskuler dan limfe
Wajah
Inspeksi : pucat, konjungtiva merah muda
Leher
Inspeksi : tidak ada bendungan vena jugularis
Palpasi : irama denyutan arteri carotis communis
normal
Dada
Inspeksi : dada terlihat simetris
Palpasi : letak ictus kordis ( ICS 5, 1 cm
medial dari garis midklavikula sinistra)
Perkusi : tidak ada tanda - tanda bunyi redup.
Auskultasi : bunyi jantung S1-S2 Tunggal
3) Sistem Persyarafan
1.
GCS 15 : E4 V5 M6
2.
Tanda rangsangan meningeal :
- Kaku kuduk (-)
- Brudzinsky I (-)
- Brudzinsky II (-)
- Kernig (-)
3.
Pemeriksaan
nervus
· Nervus
I olfaktorius (pembau)
Klien bisa membedakan
aroma saat diberi kopi.
· Nervus
II opticus (penglihatan)
Bisa melihat benda yang
jaraknya 35 cm dengan jelas.
· Nervus
III oculomotorius
Tidak oedem pada
kelopak mata
· Nervus
IV toklearis
Ukuran pupil normal,
tidak ada perdarahan pupil
· Nervus
V trigeminus (sensasi kulit wajah)
Klien
bisa membuka mulut, menggerakkan rahang ke kiri dan ke kanan
· Nervus
VI abdusen
Bola mata simetris
· Nervus
VII facialis
Klien dapat membedakan rasa asin dan
manis, bentuk wajah simetris
· Nervus
VIII auditorius/akustikus
Fungsi pendengaran baik
· Nervus
IX glosoparingeal
Reflek menelan klien baik dan dapat membedakan rasa pahit
· Nervus
X vagus
Uvula
klien oedem terlihat ketika klien membuka mulut
·
Nervus XI aksesorius
Klien tidak merasa kesulitan untuk mengangkat bahu dengan
melawan tahanan
· Nervus
XII hypoglosal/hipoglosum
Bentuk lidah simetris, klien mampu menjulurkan lidah dan
menggerakkannya ke segala arah
4.
Reflek fisiologis :
Reflek
biceps ++/++, Reflek triceps ++/++, Reflek KPR ++/++,Reflek
APR ++/++
4) Perkemihan dan eliminasi uri
Laki-laki
Genetalia
eksterna
Inspeksi : tidak ada oedem, tidak ada tanda - tanda
infeksi.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan maupun benjolan
Kandung
kemih
Inspeksi : tidak ada benjolan, dan pembesaran
Palpasi : kandung kemih penuh
Ginjal
:
Inspeksi : tidak ada pembesaran daerah pinggang
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : tidak ada nyeri ketok.
5) Sistem pencernaan –
eliminasi alvi
Mulut
Inspeksi : mukosa
bibir pucat, gigi tidak ada plak dan karies. Tidak ada pembesaran kelenjar
karotis. Tidak ada lesi.
Palpasi
: tidak ada nyeri tekan pada rongga
mulut,
Lidah
Inspeksi :
bentuk simetris, tidak ada tremor dan lesi.
Palpasi :
tidak ada nyeri tekan dan odem.
Abdomen
Inspeksi :
ada pembesaran abdomen, tidak ada luka bekas operasi.
Palpasi :
abdomen teraba keras pada kuadran III
Perkusi : tidak ada acietes.
Auskultasi
: bising usus normal.
6) Sistem muskuloskeletel dan integumen.
Anamnesa
Kulit : kering, tidak mengelupas dan bersisik,
5
|
5
|
5
|
5
|
Kekuatan
otot
7) Sistem endokrin dan eksokrin
Kepala
Inspeksi :
Tidak terlihat moon face, tidak alophesia (botak), rambut rontok
Leher
Inspeksi :
tidak ada pembesaran kalenjar tiroid
Palpasi : tidak ada pembesaran kalenjar tiroid, dan tidak ada nyeri
tekan.
Ekstremitas
bawah
Palpasi : Akral hangat kering merah, tidak ada edema, tidak ada
nyeri tekan, atrofi
tungkai kiri
8)
Sistem
reproduksi
Perempuan
Payudara
Inspeksi : payudara simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada
benjolan
Axila
Inspeksi : Tidak ada benjolan, tidak ada massa
Palpasi : Tidak ada benjolan, tidak ada massa
Genetalia
Inspeksi : tidak ada edema, tidak ada varises
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
9)
Persepsi
sensori
Mata
Inspeksi : bentuk simetris, kornea normal, warana
iris hitam, lensa normal jernih, sklera
putih
Palpasi : tidak ada nyeri dan tidak ada pembengkakan
kelopak mata
Penciuman-(hidung)
Palpasi : tidak ada pembengkakan dan tidak ada
nyeri saat palpasi fosa kanina
Perkusi :
tidak ada reaksi hebat pada regio frontalis, sinus frontalis dan fosa kanina
d.
Pemeriksaan Penunjang LAB :
Diffcount :
4/0/73/16/7
(1-2/0-1/49-67/25-33/3-7)
Hematokrit :
46,6 % (L
40-54%, P 35-47%)
Hemoglobin :
14,9 mg/dl (P=12,0-16,0
mg/dl, L=13,0-18,0 mg/dl)
Leukosit :
19.300 (4000-10.000)
Trombosit :
367.000 (150.000-
450.000)
LED :
103/117 jam (L 0-5/jam, P 0-7/jam)
SGOT : 15(L<37 U/L P<31
U/L)
SGPT : 10(L<41 U/L P<31
U/L)
Urea : 32
(10-50 mg/dl)
Serum kreatinin : 0,6 ( P 0,7-1,2 –L
0,8-1,5 mg/dl)
Uric acid : 3,1
Kolesterol : 173
Trigliserida : 69
Gula darah acak : 102
e. Terapi
Umum :
·
Tirah
baring.
·
Fisioterapi.
Khusus :
·
Infus RL 16
tetes/menit
·
Analgetik
3.2 Analisa Data
NS. DIAGNOSIS :
(NANDA-I)
|
1. Nyeri
Akut
2. Hambatan
Mobilitas Fisik
|
||||
DEFINITION:
|
1. Pengalaman
sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan
jaringan yang akttual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan
sedemikian rupa (international Association for study of pain); awitan yang
tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang
dapat di antisipasi atau diprediksi dan berlangsung <6 bulan.
2. Keterbatasan
pada pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih ekstermitas secara mandiri
dan terarah
|
||||
DEFINING CHARACTERISTICS
|
Dx
1
·
Laporan isyarat
·
Mengekspresikan
perilaku (Mis., gelisah, merengek, menangis, waspada, iritabilitas, mendesah
)
·
Perubahan posisi
untuk menghindari nyeri
·
Melaporkan nyeri
secara verbal
·
Gangguan tidur
|
Dx
2
·
Kesulitan membolak
balik posisi
·
Keterbatasan kemampuan
melakukan ketrampilan motorik halus
·
Keterbatasan
kemampuan melakukan ketrampilan motorik kasar
·
Keterbatasanrentang
pergerakan sendi
|
|||
RELATED FACTORS:
|
·
Agens cidera ( Mis.,
biologis, zat kimia, fisik, psikologis )
|
·
Intoleransi aktivitas
·
Perubahan metabolisme
seluler
·
Ansietas
·
Indeks masa tubuh di
atas persentilke -75 sesuai usia
·
Gangguan kognitif
·
Kontraktur
·
Kepercayaan budaya
tentang aktivitas sesuai usia
·
Fisik tidak bugar
·
Penurunan ketahanan
tubuh
·
Penurunan kendali
otot
·
Penurunan massa otot
·
Malnutrisigangguan
musculoskeletal
·
Gangguan
neuromuscular
·
Nyeri
·
Agens obat
·
Penurunan kekuatan
otot
·
Kurang pengetahuan
tentang nilai aktivitas fisik
·
Keadaan mood depresif
·
Keterlambatan
perkembangan
·
Ketidaknyamanan
·
Disuse
·
Kaku sendi
·
Kurang dukungan lingkungan
( Mis., fisik atau sosial )
·
Keterbatasan
ketahanan kardiovaskular
·
Kerusakan integritas
struktur tulang
·
Program pembatasan
gerak
·
Keengganan memulai
pergerakan
·
Gaya hidup monoton
·
Gangguan sensori
perseptual
|
|||
ASSESSMENT
|
Subjective data
entry
Pasien mengeluh nyeri pinggang bawah menjalar ke tungkai kiri, nyeri dirasakan sudah
satu minggu ini,nyeri timbul secara tiba-tiba terasa seperti berdenyut dan di
tusuk-tusuk, nyeri di rasakan terus menerus dan pasien sampai tidak bisa
tidur.
|
Objective data entry
a.
TD : 130/80 mmHg
b.
N : 85x /menit
c.
RR : 20x /menit
d.
S : 36,4oC
e.
Skala Nyeri : 7
|
|||
DIAGNOSIS
|
Client
Diagnostic
Statement:
|
Ns. Diagnosis (Specify):
1. Nyeri
Akut
2. Hambatan
Mobilitas Fisik
|
|||
Related to:
1.
Nyeri berhubungan
dengan Agens cedera biologis
2.
Hambatan mobilitas
fisik berhubungan dengan nyeri
|
|||||
3.3
Intervensi
Keperawatan
Inisial Pasien : Ny. R
Nama Mhs : -
Tanggal : -
Diagnosa
Keperawatan : 1. Nyeri Akut
2. Hambatan
Mobilitas Fisik
Definisi : 1. Pengalaman
sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan
jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan
sedemikian rupa; awitan yang tiba-tiba atau lambat intensitas ringan hingga
berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat diprediksi dan
berlangsung < 6 bulan.
2. Keterbatasan
pada pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih ekstermitas secara mandiri dan
terarah
NIC
|
NOC
|
||
INTERVENSI
|
AKTIVITAS
|
OUTCOME
|
INDICATOR
|
Manajemen Nyeri
Def :
Mengurangi nyeri dan menurunkan tingkat nyeri yang
dirasakan pasien.
|
·
Lakukan
pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, kekuatan nyeri dan faktor presipitasi.
·
Observasi
reaksi non verbal dari ketidaknyamanan, terutama dalam ketidakmampuan
komunikasi secara efektif.
·
Gunakan
teknik komunikasi terapeutik untuk
mengetahui pengalaman nyeri pasien dan menyampaikan penerimaan dari respon
pasien terhadap nyeri.
·
Kaji kultur
yang mempengaruhi respon nyeri.
·
Evaluasi
pengalaman nyeri masa lampau meliputi individu atau riwayat keluarga mengenai nyeri kronis atau
menghasilkan ketidaknyamanan, seperti kesesuaian.
·
Evaluasi
bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri
masa lampau.
·
Bantu pasien
dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan.
·
Kontrol
lingkungan yang dapat mempengaruhi Nyeri seperti ( suhu ruangan, pencahayaan
dan kebisingan).
·
Kurangi
faktor presipitasi atau peningkatan pengalaman nyeri seperti ( ketakutan,
kelelahan, sifat membosankan, dan ketiadaan pengetahuan ).
·
Pilih dan
lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan interpersonal)
untuk memudahkan menghilangkan nyeri seperti kesesuaian.
·
Kaji tipe
dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
·
Ajarkan
tentang teknik non farmakologi
·
Berikan
analgetik untuk mengurangi nyeri
·
Evaluasi
keefektifan kontrol nyeri
·
Tingkatkan
istirahat
|
Level Nyeri
Def :
Kekuatan
dari nyeri yang diamati atau dilaporkan.
|
·
Laporan nyeri : 5
·
Lamanya nyeri: 5
·
Kurang Istirahat : 5
·
Mengekspresikan wajah dari nyeri : 5
·
Nausea : 5
|
Terapi
Latihan : Mobilitas
Definisi :
Pergerakan tubuh baik
aktif maupun pasif untuk memelihara atau mengembalikan fleksibilitas
|
·
Tentukan pembatasan
pergerakan dan efeknya
·
Kolaborasi dengan
fisioterapi dalam mengembangkan dan melaksanakan program latihan
·
Jelaskan kepada
pasien / keluarga tujuan dan rencana untuk berlatih
·
Monitor
ketidaknyamanan atau rasa sakit selama aktivitas
·
Kaji rasa sakit
sebelum memulai latihan
·
Lindungi pasien dari
trauma selama latihan
·
Posisikan pasien
seoptimal dalam melakukan pergerakan pasif / aktif
·
Motivasi AROM secara
teratur dan sesuai jadwal
·
Lakukan PROM atau
bantu latihan AROM
·
Instruksikan pasien/
keluarga bagaimana cara sistematis melaksanakan PROM atau AROM
·
Sediakan pedoman
tertulis untuk latihan
·
Bantu pasien untuk
mengembangkan jadwal AROM
·
Dorong pasien untuk
mencoba menggerakkan badan sebelum mulai ROM
·
Pada saat pergerakan
kaji adanya rasa sakit, kelelahan
·
Motivasi untuk tetap
melakukan pergerakan walaupun ditempat tidur atau diatas kursi
|
Mobility
Definisi :
Ability to move
purposefully in own environment independently with or without assistive
divice.
|
· Coordination ( 3 )
· Muscle movement ( 3 )
· Body positioning performance ( 4 )
· Transfer performance ( 3 )
· Walking ( 4 )
· Move with ease ( 4 )
|
3.4. Implementasi
No.
diagnose masalah kolaboratif
|
Tgl/jam
|
Tindakan
|
paraf
|
Nyeri Akut
|
06-05-2015/
07.00
08.00
09.00
|
·
Melakukan pengkajian
nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi.
·
Melakukan observasi
reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
·
Menggunakan teknik
komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
·
Mengkaji kultur yang
mempengaruhi respon nyeri
·
Melakukan evaluasi
pengalaman nyeri masa lampau
·
Melakukan evaluasi
bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri
masa lampau
·
Membantu pasien dan
keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
·
Melakukan kontrol
lingkungan yang dapat mempengaruhi Nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan
dan kebisingan
·
Mengurangi faktor
presipitasi
·
Memilih dan melakukan
penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan interpersonal)
·
Mengkaji tipe dan
sumber nyeri untuk menentukan intervensi
·
Mengajarkan tentang
teknik non farmakologi
·
Memberikan analgetik
untuk mengurangi nyeri
·
Melakukan evaluasi
keefektifan kontrol nyeri
·
Meningkatkan
istirahat
|
|
Hambatan Mobilitas
Fisik
|
07/05/2015
07.00
08.00
09.00
|
·
Menentukan pembatasan
pergerakan dan efeknya
·
Mengkolaborasikan
dengan fisioterapi dalam mengembangkan dan melaksanakan program latihan
·
Menjelaskan kepada
pasien / keluarga tujuan dan rencana untuk berlatih
·
Memonitor
ketidaknyamanan atau rasa sakit selama aktivitas
·
Mengkaji rasa sakit
sebelum memulai latihan
·
Melindungi pasien
dari trauma selama latihan
·
Memposisikan pasien
seoptimal dalam melakukan pergerakan pasif / aktif
·
Memotivasi AROM
secara teratur dan sesuai jadwal
·
Melakukan PROM atau
bantu latihan AROM
·
Menginstruksikan
pasien/ keluarga bagaimana cara sistematis melaksanakan PROM atau AROM
·
Menyediakan pedoman
tertulis untuk latihan
·
Membantu pasien untuk
mengembangkan jadwal AROM
·
Mendorong pasien
untuk mencoba menggerakkan badan sebelum mulai ROM
·
Mengkaji adanya rasa
sakit, kelelahan pada saat pergerakan
·
Memotivasi untuk
tetap melakukan pergerakan walaupun ditempat tidur atau diatas kursi
|
|
3.5. Evaluasi
Masalah
kep/kolaboratif
|
Tgl/jam
|
Catatan
perkembangan
|
Paraf
|
Nyeri Akut
|
06-05-2015/
15.00
|
S : Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang
O : Tanda- tanda Vital
TD :130/80 mmHg
N : 85x /menit
RR : 20x /menit
S : 36,4oC
Skala : 5
A : Nyeri akut sudah teratasi sebagian
P : Rencana tindakan keperawatan 3, 8,15 dilanjutkan
|
|
Hambatan Mobilitas
Fisik
|
07-05-2015
15.00
|
S : Pasien mengatakan masih merasa terganggu dalam
melakukan aktivitas sehari - hari
O : Tanda- tanda Vital
TD :130/80 mmHg
N : 85x /menit
RR : 20x /menit
S : 36,4oC
A : Hambatan mobilitas fisik belum teratasi
P : Rencana tindakan keperawatan dilanjutkan
|
|
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Diskus
Intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk sebuah bantalan
diantara tubuh vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini digabungkan dalam
satu kapsul. Bantalan seperti bola dibagian tengah diskus disebut nukleus
pulposus. HNP merupakan rupturnya nukleus pulposus. (Brunner & Suddarth,
2002)
Hernia
Nukleus Pulposus bisa ke korpus vertebra diatas atau bawahnya, bisa juga
langsung ke kanalis vertebralis. (Priguna Sidharta, 1990)
Hernia
dibagi menjadi tiga klasifiksi, yaitu hernia lumbosacralis, hernia servikalis,
hernia thorakalis. Dimana pada hernia lumbosacralis penyebab terjadinya lumbal
menonjol keluar, bisanya oleh kejadian luka posisi fleksi, tapi perbandingan
yang sesungguhnya pada pasien non trauma adalah kejadian yang berulang. Gejala
utama yang muncul adalah rasa nyeri di punggung bawah disertai otot-otot
sekitar lesi dan nyeri tekan. Dimana nyeri tersebut terjadi tergantung dimana
piringan tersebut mengalami herniasi dan dimana pusat syaraf tulang punggung
terkena.
4.2
Saran
Diharapkan
bagi pembaca setelah membaca makalah ini khususnya perawat dapat memahami dan
mengerti serta dapat mengaplikasikan tindakan yang harus dilakukan apabila
mendapati klien hernia nucleus pulposus di lahan.
Daftar Pustaka
Smeltzer, Suzane C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth edisi 8 Vol
3. Jakarta : EGC
Doengoes, ME. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 2. Jakarta : EGC
Tucker,Susan Martin.
1998. Standar Perawatan Pasien edisi 5.
Jakarta : EGC
Long, Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan Pajajaran,.
Priguna Sidharta. 1996. Sakit Neuromuskuloskeletal dalam Praktek. Jakarta : Dian Rakyat
Chusid, IG.1993. Neuroanatomi Korelatif dan Neurologi Fungsional. Yogyakarta :
Gajahmada University Press
No comments:
Post a Comment